SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG - Semoga memetik manfaat dalam menikmati sajian secuil berita & hiburan pada blog ini. Saran, kritik & dukungannya dibutuhkan guna kebaikan kedepan yang berkelanjutan, Wassalam.

Minggu, 26 Mei 2013

AURA JAKARTA ERA KEPEMIMPINAN ALI SADIKIN & JOKO WIDODO



Era Ali Sadikin
Ali Sadikin yang akrab dipanggil Bang Ali, gubernur yang berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan yang modern. Jakarta mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali, seperti Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, kota satelit Pluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet (yang mulai tergusur oleh pembangunan dan kini digantikan dengan Setu Babakan Jakarta Selatan). Bang Ali juga mencetuskan pesta rakyat malam muda mudi setiap tahun pada hari jadi kota Jakarta 22 Juni. Bersamaan dengan itu berbagai aspek budaya Betawi dihidupkan kembali, seperti kerak telor, ondel-ondel, lenong dan topeng Betawi, dsb.

Bang Ali juga menyelenggarakan Pekan Raya Jakarta di Gambir Monas yang lebih dikenal dengan nama Jakarta Fair (kini di Kemayoran), sarana hiburan dan promosi dagang industri barang, jasa dari dalam dan luar negeri. Ali Sadikin berhasil memperbaiki sarana transportasi, mendatangkan banyak bus kota dan menata trayeknya, serta membangun halte bus yang nyaman.
Di bawah pimpinan Bang Ali, Jakarta berkali-kali menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) yang mengantarkan kontingen DKI Jakarta senantiasa menjadi juara umum.



Salah satu kebijakan Bang Ali yang berlatar belakang Tentara KKO, dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal, adalah tokoh kontroversial saat kebijakannya mengembangkan tempat hiburan malam dengan berbagai klab malam, mengizinkan perjudian di kota Jakarta dengan memungut pajaknya untuk pembangunan kota, serta membangun kompleks Kramat Tunggak sebagai lokalisasi pelacuran. Di bawah kepemimpinannya pula diselenggarakan pemilihan Abang dan None Jakarta. Masa jabatan Ali Sadikin berakhir pada tahun 1977, dan ia digantikan oleh Letjen. Tjokropranolo.

Era Joko Widodo
Joko Widodo yang lebih dikenal dengan sebutan Jokowi mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai pekerjaan menggergaji di umur 12 tahun. Penggusuran yang dialaminya sebanyak tiga kali di masa kecil mempengaruhi cara berpikirnya dan kepemimpinannya kelak setelah menjadi Walikota Surakarta saat harus menertibkan pemukiman warga.

Dengan berbagai pengalaman di masa muda, ia mengembangkan Solo yang buruk penataannya dan berbagai penolakan masyarakat untuk ditertibkan. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan dan menjadi kajian di universitas luar negeri. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan Kota Solo yaitu "Solo: The Spirit of Java". Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman.



Kedua pemimpin Jakarta tersebut adalah tokoh fenomenal yang kontroversial tapi patut di support karena keberanian, kejujuran dan kepedulian yang tinggi pada aspek kehidupan warganya yang berkesinambungan. Bang Ali yang terlahir dijaman penjajahan, besar dijaman perjuangan dan menjadikan pemimpin pejuang dijaman kemerdekaan. Menjadikan seorang dengan ide-idenya yang kontrovesi  dan keras kepala dalam membangun Jakarta dengan seabreg permasalahannya, dengan tegas dan berani merubah wajah Jakarta tanpa harus meninggalkan adat istiadat dan budaya masyarakatnya. Memang terkesan nyeleneh saat melegalisir perjudian dan pelacuran, beliau menyadari kalau masyarakat Jakarta khususnya suku Betawi adalah Agamis, tapi hal itu tetap dijalankan karena diadakan/diperuntukan pada prinsipnya perjudian dan pelacuran bukan untuk masyarakat Agamis Jakarta.  

Begitu pula dengan Jokowi, terlahir dijaman kemerdekaan tumbuh besar dijaman modern dan menjadikannya pemimpin reformis di jaman globalisasi sekarang. Pemimpin yang kontroversi namun low profile; rendah hati juga sederhana ini, dimasa dimana banyaknya ketidakberesan aparat dalam pengabdiannya pada masyarakat, masalah kesehatan warga, lapangan kerja, kesemerawutan pembangunan dan lalu lintas di Ibu Kota. Jokowi kerap turun kelapangan hampir setiap harinya untuk melayani warga, begitu pula sang wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang lebih dikenal dengan sebutan Ahok dengan dialek layaknya anak Jakarta yang ceplas ceplos kurang basa basi, turut melayani dengan cara membenahi kerja aparatnya dilingkungan internal untuk lebih profesional, berjiwa sosial, bersih dari pungli dan korupsi, begitu pula dengan departemen terkait tidak luput dari pengawasannya. Ini suatu bentuk kerja team yang solid dan luar biasa. Walaupun belum genap setahun memimpin Jakarta, perubahan akan manfaat kepemimpinannya sudah sangat dirasakan oleh warga DKI Jakarta.

Saya pun ikut kembali merasakannya udara segar Jakarta setelah era Bang Ali kini muncul Jokowi walau sebatas Aura pelayanan pada Kelurahan Bungur Kecamatan Senen Jakarta Pusat. Di kampung Senen Kali Baru inilah tempat dimana saya menghabiskan masa kecil hingga dewasa sampai dengan saat ini.   

Referensi : Wikipedia bahasa Indonesia & berbagai sumber.