SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG - Semoga memetik manfaat dalam menikmati sajian secuil berita & hiburan pada blog ini. Saran, kritik & dukungannya dibutuhkan guna kebaikan kedepan yang berkelanjutan, Wassalam.

Kamis, 20 Juni 2013

AKSI KEBIJAKAN HARGA BBM



Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tinggal menunggu waktu yang tepat kapan diumumkan/dipastikan kenaikannya, bisa saja malam ini Jum’at 21 Juni 2013. Pro kontra atas kebijakan kenaikan BBM ini Nampak begitu kentara, aksi protes ataupun unjuk rasa di berbagai kota-kota besar Indonesia., dari beragam kalangan anak bangsa, Politisi, PARPOL, LSM, mahasiswa dan lainnya.

Bersyukur aksi atas kenaikan harga BBM sampai saat ini terkontrol dan terkesan ramah sosial. Semoga aksi menjadikan reaksi keputusan yang menyehatkan pola hidup dan pikir masyarakat kecil kebanyakan. Sebagai bangsa yang bermartabat memang sepatutnya kritik ataupun saran dikumandangkan dengan cara-cara dewasa yang tepat tempat dan elegan, mensupport rakyat untuk lebih cerdas menyikapi makna hidup sebenarnya bukan malah memprovokasi dengan cara-cara kurang tepat, seperti orasi ditengah jalan raya padat mengundang macet, depan gedung dengan tampil anarkis, membakar ban kendaraan/foto seorang pemimpin/pejabat Negara bangsa sendiri, perusakan alat-alat kepentingan umum, sebaiknya hal-hal seperti ini sudahlah cukup kita alami karena justru berdampak menyengsarakan rakyat kecil kebanyakan.



Disaat harga BBM diturunkan situasi adem ayem, harga sembako tetap tidak ikut menukik. Harga BBM dinaikan ramai-ramai protes keras, belum sempat diumumkan harga sembako sudah menanjak lebih dulu. Mungkinkah..? tiap menyikapi kebijakan penguasa demi kemaslahatan bersama (semoga) disalurkan dengan santun, cermat dan cerdas yang mencerminkan sikap budaya timur Indonesiana.  

Tengok saja peristiwa Reformasi Mei 1998. Apakah harus terus berulang??? sampai kini KKN tetap tumbuh subur dilahan khatulistiwa bumi Nusantara, rakyat kecil masih menikmati kemiskinannya. Komitmen Reformasi 1998 masih tetap perlu pengawalan, sampaikan salam perjuangan dengan cara bermartabat dan elegan. Marilah sampaikan saran, kritik atau protes dengan cara terbatas tepat situasi, kondisi dan sasaran, banyak kegiatan  yang bisa dibuat dengan kemasan menarik dengan cara; seminar, diskusi, talk show, temu dialog, bedah buku, bisa juga lewat tulisan di blog dan lainnya, karena kita tidak lagi membutuhkan revolusi tapi evolusi membangun yang berkelanjutan pasti. Maju, Besar Jayalah Nusantara-Ku.

Minggu, 09 Juni 2013

Oh..Kereta ekonomi-KU



Sore cuaca mendung menyelimuti Kota Karawang, jam di handphoneku menunjukan waktu pukul 16:55 WIBB.
“Waduh! Uda waktunya siap-siap pulang nih..”, dalam hati sambil berlari kecil kembali masuk kantor.  Selesai merapikan file-file dan mematikan server computer PC, kembali teringat  keperluan rumah yang harus kubawa, seperti ; bekal makanan kucing kesayangan (cincangan kepala ayam), “sregg! Masuk sudah kedalam tas ransel.  

“Pulang dengan kereta itu lebih baik”, terlintas dalam pikiran yang spontan., karena jelas terhindar dari macet dan jalan berlubang plus banjir bila diguyur hujan, Karawang - Bekasi. Setibanya distasiun pukul 17:20 WIBB .
“berapa mas tiket ke Bekasi?”, tanyaku.
“dua ribu lima ratus”, jawab petugas loket acuh tak acuh.
“jam berapa berangkatnya ya?”, tanyaku kembali sekedar ingin tahu berbasa-basi.
“bentar lagi, setengah enam”, jawab petugas loket dengan ekspresi wajah lelah tanpa semangat.
Beginilah pelayanan yang dirasa, jauh dari keramah tamahan apalagi sikap pelayanan profesional, mungkin karena dipandang saya orang baru alias bukan pelanggan angkutan kereta, jelas tidak dikenali mereka, kumencoba berpikir positif saja untuk lebih rileks.

Tak terasa sudah 3 (tiga) batang rokok mild kuhisap sambil sesekali bercakap-cakap dengan calon penumpang lainnya yang nampaknya lebih dahulu datang sabar menunggu. Waktu telah menunjukan pukul 18:15 WIBB. Terbayang saat masa masih kuliah dahulu, pertama kali naik kereta di Stasiun Senen Jakarta dalam rangka liburan hari raya Idul Fitri pada pertengahan tahun 1985 dengan tujuan kota Yogyakarta. Sesak penumpang bagaikan ikan teri, kereta terlambat lebih dari dua jam, tapi begitulah kondisinya karena angkutan ini memang murah meriah, apalagi untuk ukuran saya seorang mahasiswa kala itu.

Setelah 28 tahun terlewatkan, keterlambatan kini terulang kembali. Kereta ekonomiku akhirnya datang juga tepat pukul 18:25 WIBB., “satu jam tiga puluh lima menit, wajarlah…toh belum sampai dua jam koq terlambatnya”, dalam hati menghibur diri.
“hup..! melompat ala prajurit memasuki gerbong kereta, saya mengambil posisi duduk dipinggir tidak didekat jendela, demi keamanan menghindari niat tangan-tangan jahil, seperti; lemparan batu kejendela, tukang copet yang biasanya berkelompok sementara kita duduk terpojok dekat jendela dijadikan target sasarannya.  

Asap rokok, suasana pengap, sesak penumpang berbaur dengan pedagang asongan; dari makanan minuman siap saji, accesoris handphone, minyak wangi, mainan anak-anak, kaca mata plus untuk membaca diperuntukan bagi orang separuh baya seumuran saya tak luput dijajakan mereka. Dan hal yang istimewa bagiku bila kita jalan-jalan di mall dibandingkan dengan naik kereta ekonomi, yakni; di mall kita harus berjalan menghampiri toko (pedagang), sementara di kereta pedagang menghampiri calon pembeli, “pembeli adalah Raja, tanpa disadari kita telah diperlakukan layaknya seorang Raja”.  Satu hal lagi yang menarik adalah, kutemukan adanya penumpang yang dengan nyenyak tertidur pulas tanpa terganggu oleh riuhnya suara karoke dari pengamen, ya..sulit rasanya membedakan mana pengamen dan pengemis karena mereka rata-rata mencari nafkah dengan jalan menjual suara.   

Tanpa dirasa mata ini berbinar terhanyut haru, sesekali bibirpun turut tersenyum letih sambil memandangi tiap sudut sisi kehidupan pelangi dalam gerbong kereta.     
“Oh..kereta ekonomiku, kau bagaikan pelangiku…penuh warna ceria , suka tanpa duka…?”.   

Kamis, 06 Juni 2013

Belajar (membaca) Sejak Usia Dini tercermin di Usia Tua



“Belajar (membaca) di Usia Dini bagai menulis (mengukir) diatas Batu, belajar di Usia Tua bagai Menulis diatas Air”.
 
Belajar identik dengan Membaca, Membaca adalah Buku, Buku adalah lembaran kertas atau bisa juga barang berupa lembaran pelepah bambu, daun lontar, dll., yang berisi tulisan, gambar atau kosong yang terjilid. Membaca buku adalah cara atau awal kita mengenal banyak sisi kehidupan diluar sana. Dengan membaca kita dapat pula melihat keindahan tutur kata lewat tulisannya.
Dunia moderen sekarang membaca memang tidak lagi identik dengan buku karena gaya hidup manusia sudah berorientasi pada internet atau dunia maya (cyberspace).
Pengenalan baca tulis tetap diawali dengan cara lewat buku tulis. Membaca buku kertas atau lewat internet tidak masalah sepanjang kita dapat memilah bacaan yang baik dan benar khususnya bagi anak-anak kita juga generasi muda bangsa ini.
Kesimpulan sederhana membaca adalah;  memahami isi (maksud & tujuan tulisan), ide atau gagasan secara tertulis/tersurat maupun tersirat pada bahan bacaan. Pemahaman atas bacaan menjadikan peningkatan kualitas bagi diri, yang dapat diukur dengan rutinitas kegiatan membaca, bukan perilaku atau gaya saat membacanya.
Jadikanlah membaca sebagai salah satu kebutuhan dikehidupan kita yang sudah padat aktifitas; seperti membaca di waktu perjalanan/berkendaraan, bagi yang sedang mengemudi dapat sambil mendengar informasi yang manfaat lewat radio itupun sama artinya membaca dengan cara mendengar, mensiasati waktu sedikit saat istirahat (dirumah atau dimana saja), apakah itu waktu rekreasi dan hiburan, atau sebagai suatu keharusan untuk studi dan penelitian. Di luar itu, membaca juga memiliki manfaat hebat bagi kesehatan dan kesejahteraan lahir dan bathin secara keseluruhan seperti; meningkatkan kosakata, disiplin dan percaya diri, lebih fokus, terhindar stress karena dapat menjadikan rileks, meningkatkan mood, motivasi, kreatif, imajinasi positif dan banyak lagi manfaat lainnya.  
Satu hal yang terpenting, tularkan/kenalkan kebiasaan membaca yang benar pada anak dengan cara membaca buku, Koran atau majalah langganan/kesukaan juga saat membaca kitab suci, didekatnya dan ajaklah/rangsang untuk turut serta membaca. Pengenalan bacaan berawal dengan bacaan yang didalamya termuat gambar berwarna, untuk usia balita (batas usia 3-5 tahun) yang biasanya suka akan warna. Tapi Ingat!!! Jangan dipaksakan untuk melulu membaca di usia 0-3 tahun, ini adalah usia tumbuh dimana anak butuh perhatian ekstra lahir bathin orang tua juga pemenuhan asupan gizi dan protein yang seimbang bagi pertumbuhan dirinya. Setelah memasuki usia anak-anak/sekolah (6-12 tahun) masa dimana kita harus cerdas, cermat dan hati-hati mengontrol, menyajikan bacaan anak, karena usia sekolah rasa keingintahuan sangatlah besar dan inovasi anak tumbuh kembang  berbarengan dengan lingkungannya. Diusia transisi (batas usia 13-16 tahun) ini masa penentuan dimana anak telah merasakan kedewasaannya secara alami, jati diri mulai terpaku, kitapun tidak bisa lagi mengontrol secara ketat lewat rutinitas, kebebasan kreasi dan ekspresi telah menjadikan bagian tidak terpisahkan. Lepas usia diatas 17 tahun, berkat bekal, pesan dan pengawasan yang telah kita tanamkan sejak dini, mudah-mudahan si anak tumbuh normal menjadi manusia dewasa yang cinta membaca, kelak menggapai cita cinta dengan kemandirian pribadi dan ekonomi yang kokoh, bermartabat dan bermoral.
Hakikat atau Esensi membaca adalah pemahaman dengan memilah manfaat yang dapat kita perbuat dan rasakan sendiri.
Referensi: Wikipedia & sumber lainnya.