Berawal dikesempatan mengantar
mertua untuk turut mengambil uang pensiun pada awal bulan di salah satu Bank
Swasta Nasional. Sementara lain halnya dengan orang tua sendiri yang mengambil
uang pensiun di Bank Pemerintah. Di Bank Pemerintah pelayanan atas
seorang pensiunan dengan nasabah lainnya diperlakukan sama, karena mereka
mengedepankan pelayanan yang tertib dan profesional, ini sangat baik dan patut
dipertahankan. Tapi di Bank Swasta
Nasional ini, perbedaanya para pensiunan sangat dimanjakan sekali;
mereka bisa tidur-tiduran, duduk angkat kaki,
reunian dengan sesama pensiunan, dapat snack (roti) dan minuman teh atau
kopi hangat. Ini benar-benar Pelayanan sekaligus pengalaman Beda Luar Biasa.
Rasa
kagum dan terkejut kembali terasa, saat memasuki gedung kantor Bank Swasta
Nasional yang katanya telah eksis lebih dari 50 tahun beroperasi. Tercium aroma
bau cat tembok dan dinginnya AC (air conditioner) cukup terasa di kulit tubuh
kami berdua. Tidak terasa dalam hitungan menit jumlah nasabah pensiunan yang
rata-rata berusia 60-70an sudah memadati ruang tunggu nasabah, aroma bau cat
berubah menjadi aroma keringat dan minyak angin, AC tidak lagi terasa dingin, mungkin
karena jumlah nasabah yang begitu banyak, maka kami berinisiatif keluar gedung
sejenak menghirup udara segar, karena kebetulan nomor urut dipapan teller masih
menunjukan nomor 152 sementara nomor kami 189.
Memang
terasa perbedaannya saat saya mengantarkan beberapa tahun yang lalu. Dari
gedungnya, pelayanan SATPAM, karyawanya juga begitu ramah dan kental suasana
kekeluargaan dan terkesan profesional secara menyeluruh.
“bagus kantornya ya Pak, baru
direnovasi ya?” Tanya saya memulai pembicaraan.
“Iya...inikan dibangun oleh uang
pensiuanan kita-kita, hehehe...” jawab mertua sambil mengeluarkan rokok
kreteknya.
“Tapi di Bank ini bapak suka,
karena banyak ketemu teman-teman, ada penyuluhan kesehatan, periksa dokter plus
obat gratis, ada juga penyuluhan wirausaha...pokoknya komplit dan kita sebagai
pensiunan benar-benar dimanjakan dan dihargai oleh Bank ini”.
“oh ya, baguslah”, sambil
ngipas-ngipas dengan tangan kosong si menantu mengiyakan.
Dialog
mantu dan mertua terus berlanjut, sambil mengisi kekosongan tuk sejenak menghisap
rokok kretek sambil minum kopi gratis, kami menunggu antrian di luar gedung.
“Oia bapak di militer dulu
dikesatuan apa ?” tanya menantu.
“Kesatuan zeni, pasukan teknis
militer. Satuan Zeni AD dapat diklasifikasikan sebagai satuan bantuan tempur
dan satuan bantuan administrasi, baik di medan tempur maupun pangkalan. Bisa
juga kita membuat jembatan, memperbaiki
bangunan dan banyak lagilah”. Jawabnya terburu-buru.
“Kalau membangun gedung seperti
Bank ini, bisa pak?” Menantu kembali bertanya.
“hemm..(sekilas merenung) bisalah!,
kita dimiliter itu ahli-ahli, trampil untuk urusan peralatan dan komunikasi. Soal
bangunan?! apalagi bahan dan alat-alatnya sekarang sudah sangat
mendukung”.tampak semangat mertua bicara.
“Berarti bisa dong, mereka-reka
berapa besar biaya renovasi gedung ini?”dengan penasaran menantu terus
bertanya.
Sang Mertua diam sejenak, lalu
berjalan menghampiri tukang/pekerja proyek, beliau nampak bicara serius dengan
beberapa tukang beserta mandor (pengawas) proyek tersebut.
Nomor
seratus delapan puluh tiga, loket tiga!, terdengar cukup jelas, kami spontan
masuk kedalam dan memutus pembicaraan karena panggilan antriannya telah
disebut. Selesai transaksi pembayaran uang pensiun, saya berbasa-basi meminta
cindera mata akhir tahun “kalender 2013” pada petugas teller.
“mba'..! minta Kalender 2013
dong...?”.
“Wah..! ga ada Mas, kita tidak
cetak kalender lagi sekarang”. Jawab si teller dengan ramah.
“oh gitu!? kata menantu singkat.
“Sudahlah...”, sela Mertua.
“Mungkin biaya cetak kalender sudah habis, dipakai buat renovasi gedung yang
menurut bapak lumayan besar biayanya, kalender kan untuk dibagi-bagi, jadi ya
sulit buat mereka mungkin, tapi kalau tambah kurang apalagi kali-kalian mereka
pasti cerdas berhitung”. Spontan pula kami tertawa kecil
berbarengan...hehehehehe..” dalam hati, tidak hanya di pemerintahan, di swasta,
sama aja kalau gitu dong?!.