Debat: Pembahasan atau pertukaran pendapat/ide
pemikiran dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan kebenaran
pendapatnya; kegiatan berargumentasi antara dua pihak atau lebih,
perorangan maupun kelompok dalam mengemukakan dan atau memutuskan masalah
perbedaan tersebut. Perdebatan condong hanya sebatas mempertahankan argumen dan
bantahan yang melemahkan (kekurangan lawan) pembenaran atas yang dikemukakan
oleh salah satu pihak, jarang (hampir tidak pernah) penetralisiran sesuatu
masalah atau pembenaran dilakukan secara jantan/kesatria bahwa apa yang
dikemukakan lawan debat kita adalah sesuatu yang baik, benar dan dapat diterima
(dibutuhkan) oleh khalayak netral (rakyat kebanyakan).
Mari kita perhatikan debat
yang diselenggarakan secara formal oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang
disiarkan live di beberapa setasiun televisi kita. adalah debat antar kandidat pejabat
eksekutif yakni antar calon presiden (CAPRES) dan wakil presiden (CAWAPRES)
yang umum dilakukan menjelang PILPRES (Pilihan Presiden), “pemaparan tentang misi dan visi juga program kerja, terkesan minim
dikemukakan oleh kedua CAPRES pada debat pertama yang digelar di Jakarta,
Senin (9/6/2014) malam, dominasi CAWAPRES nampak kentara, mereka berdua lebih siap, sigap dan tangkas dalam
beragumnetasi mengemukakan pemikiran, pertanyaan juga jawaban bagi lawan debat. Semoga saja kinerja pemimpin tidak tergantung sang wakil, sebab “you are not the president,
you are the vice
president”.
Pada
debat putaran kedua, Minggu (15/06/2014), yang hanya diikuti oleh CAPRES,
dengan penuh rasa percaya diri berbeda dibandingkan kesan pada debat pertama, disini
nampak mulai bergairah dan menarik sebagai sebuah tontonan pembelajaran berdemokrasi.
Pemaparan Misi dan Visi oleh kedua calon terinformasi cukup baik, rangkaian
kata dan kalimat terucap lugas lebih detail, sekalipun ada perbedaan; yang satu
penyampainnya terkesan biasa-biasa saja alias datar, satu lagi sangat menguasai
forum alias berapi-rapi. Wajar, ini mungkin saja merupakan karakter yang sudah
terbentuk oleh sebab latar belakang yang
memang berbeda.
Namun
satu hal yang patut diapresiasi adalah saat calon lawan menyatakan
setuju/sependapat dengan sang lawan debat, bukti sikap sportifitas yang
diperlihatkan oleh sang calon pemimpin kita, entah itu sebuah dukungan, retorika
ketidakmampuan menjawab atau tidak ada lagi argumentasi bantahan atau tambahan,
hanya si CAPRES tersebut dan Tuhan-lah yang tahu. Biasanya dalam debat kompetitif
(permainan/pertandingan debat) kata “saya setuju” atau “saya sependapat” terhadap
lawan debat kita suka dihindari, alangkah tepatnya bila kita berucap “saya tambahkan”
atau “saya koreksi sedikit”. Tapi ini memang bukan ajang lomba debat, dari sisi
positif kita dapat melihat ini sebuah pengakuan/ketegasan dari sang calon
pemimpin bahwa sesuatu yang baik bagi bangsa dan Negara patut di kedepankan.
PEMILU
adalah hiburan rakyat sekaligus pendidikan politik bagi masyarakat yang menjungjung
tinggi demokrasi damai, bermartabat dan beradab, sehingga mereka (rakyat) dapat
menentukan pilihan secara tepat dan cerdas. Bagi kedua calon marilah; “menerima kekalahan dengan senyum ikhlas, meraih
kemenangan dengan sujud syukur”.