Dalam hitungan menit hasil Quick Count pada PILPRES
2014 langsung tersaji dilayar televisi, rakyat berharap calonnya memenangkan
PILPRES dan tentunya yang lebih sangat berharap menang adalah dari kubu sang
CAPRES/CAWAPRES kedua kubu. Tanpa ragu penuh keyakinan sang CAPRES/CAWAPRES menyambut
kemenangannya dengan sorak sorai bersama Tim Sukses (TIMSES) plus sambutan sang
kandidat, uniknya dengan uraian air mata terkesan penuh rasa syukur seolah
kemenangan telah diraih dengan Jujur & Adil (JURDIL). Pada kubu yang
satupun demikian, dengan orasi penuh ketegasan menyatakan kemenangannya sekalipun
tanpa uraian air mata. Anehnya mereka berkiblat pada Quick Count? Sekalipun dapat
dijadikan pembenaran namun kondisi PILPRES 2014 saat ini sepertinya setiap
lembaga survey memiliki kepentingannya masing-masing, kenapa? Karena hasilnya
berbeda. Hal ini jelas membingungkan, karena memang baru terjadi sejak saya
mengikuti PEMILU langsung Presiden & Wakil Presiden.
Sebagai negarawan
sejati sepantasnya kedua kubu memberikan statement (pernyataan) yang menyejukan
bagi rakyat kebanyakan, dengan menyajikan berita pembelajaran demokrasi yang Santun,
Legowo, Baik, Benar, Jujur & Adil bagi Kebesaran & Kejayaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Selang beberapa jam kemudian Bapak Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono memberikan arahan lewat konferensi pers pada media masa
elektronik dan cetak, kemudian disusul dengan pernyataan resmi MENKOPOLHUKAM
Bapak Djoko Suyanto., yang intinya; “..meminta
dua belah pihak menunggu hasil penghitungan resmi yang dilakukan oleh Komisi
Pemilihan Umum..". maka hanya Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang berwenang
menetapkan hasil resmi PILPRES yang bisa dirujuk dan dijadikan pedoman, pada
tanggal 22 Juli 2014".
Indepedensi Lembaga
Survey (quick count) patut dipertanyakan, apakah kedepan sepertinya perlu
dibuat peraturan ataupun undang undang tentang lembaga survey (quick count) di
Indonesia?
Rakyat menerima
kekalahan namun partai politik mengklaim kemenangan, rakyat menerima keikhlasan
namun partai politik merasa keadilan (kemenangan) telah berpihak padanya,
sementara kekalahan dianggap karena kecurangan, BAHAYA! ujung-ujungnya
rakyatlah yang dijadikan korban oleh pertikaian kedua kubu. APAKAH ini bukti
politik adu domba peninggalan kolonial Belanda oleh politikus kita tetap
dipelihara??? Mari kita bersatu demi makmur & sejahteranya bangsa ini
dengan menunggu hasil PILPRES yang kelak akan diumumkan KPU. Pilihan boleh
berbeda tapi Persatuan & Kesatuan NKRI adalah HARGA MATI. BRAVO DEMOKRASI
PANCASILA…MERDEKA!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar