Panggung politik kerajaan/negara tetangga yakni; "Endonesya Hebat" baru saja dan sampai kini sedang mempertontonkan
kecerdasan bernalar hukum juga bermain-main dengan keadilan, tentunya menarik untuk
menjadikan bahan diskusi rakyat kebanyakan, rakyatnya mulai berasumsi bahwa perilaku para Kurawa dengan kekuasaan dan kewenangannya menjadikan seorang tersangka adalah komiditi halal yang terkesan
biasa (laporan masyarakat) dalam arti pembenaran (berdasarkan Undang-undang dan proses hukum plus Standart Operation Prosedure institusi lembaga tersebut). Para Kurawa sang pemangku kekuasaan yang menjaga keamanan dan
ketertiban hidup bermasyarakat itu kini berevolusi menjadi Dasamukha berkepala sepuluh, ia juga memiliki dua puluh tangan, menunjukkan kesombongan dan kemauan
yang tak terbatas. Yang sangat berbahaya ia juga disejajarkan sebagai Ksatria.
Sementara sang Baginda Raja ternobatkan dengan pribadi tercitra sederhana yang penuh pengabdian namun hanya demi sebuah
kemenangan bagi pembuktian dirinya, yang diusung bersama keyakinan para punggawanya, berawal dari keraguan banyak sang Resi, pernobatanpun dimenangkan, maka jadilah menang tanpa nurani para punggawanya bersama simbol keadilan (formalitas) dan kesejahteraan rakyatnya (semoga...amin).
Sang Baginda mungkin lupa atau memang tidak pernah tahu, dalam arena berpolitik bernegara ada 5 kekuatan yang patut disinergikan,
yakni; 1. Kelompok perguruan (partai politik)., 2. Para saudagar (pengusaha/orang-orang kaya)., 3. Kesatria (tentara/militer).,
4. Hulubalang (Polisi)., 5. Kaum Sudra (rakyat kecil) yang terakhir dan utama sebenarnya, tapi sayang rakyat kecil
hanya sebatas dijadikan penyumbang suara, dalih demokrasi suara rakyat adalah
suara Tuhan, kenyataannya rakyat telah terkotak-kotakan dan dibiarkan terpecah,
maka suara Tuhan menjadi suara Hantu. Maka jadilah "Endonesya Error", contoh kecil, yang katanya tidak menganut penilaian kinerja 100 hari (mulai penobatan) namun melakukan rapat koordinasi evaluasi100 hari kinerjanya.
Ingat! Tidak ada kejahatan yang sempurna. Bahaya! Bila pelakunya
adalah sang pembasmi kejahatan itu sendiri. Itulah manusia, karena dia bukanlah malaikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar