SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG - Semoga memetik manfaat dalam menikmati sajian secuil berita & hiburan pada blog ini. Saran, kritik & dukungannya dibutuhkan guna kebaikan kedepan yang berkelanjutan, Wassalam.

Jumat, 02 September 2016

PILKADA DKI dan Kader Partai


Pergantian Kepala Daerah DKI Jakarta terbilang relatif masih lama, sejak awal tahun 2016 situasi persaingan politik di DKI Jakarta sebagai barometer daerah wilayah lainnya di Indonesia mulai terasa memanas. Lewat jalur indenpen Basuki Tjahaya Purnama atau lebih populer disebut Ahok bertekad akan maju kembali dalam PILKADA DKI Jakarta mendatang sebagai petahana. Bahkan relawan atas nama “Teman Ahok” sudah melakukan aksi pengumpulan satu juta KTP untuk mendukung Ahok maju kembali dalam PILKADA DKI Jakarta, yang ternyata berhasil dipenuhinya. 
Tidak hanya pihak incumbent yang sudah siap-siap amunisi sedari awal (akhir tahun 2015), pesaing Ahok lainnya pun banyak bermunculan namun satu persatu balik badan alias gugur karena elektabilitasnya dengan popularitas yang terbilang sangat bagus,  justru “nyusruk” (merosot) kurang diminati oleh masyarakat Jakarta maupun partai politik sebagai peminangnya. Aroma PILKADA DKI Jakarta amat terasa bernuaansa PILPERS., strategi diatas kertas antara PDIP - Demokrat dan GERINDRA mulai dimainkan dilapangan sebenarnya, nampaknya menarik untuk kita ikuti dengan cerdas dan cermat. 
Masyarakat kota khususnya Jakarta memamg sangat  jauh berbeda sekarang,  baik perilaku, gaya hidup, pola pikir dan cara pandang dalam alam demokrasi terbuka saat ini. Bila mengkhususkan pada cara pandang tentang PEMILU baik PILPERS maupun PILKADA, semakin bisa menggunakan haknya dengan baik dan benar dalam pilihan atas para calonnya. “Politik uang” sekalipun mungkin ada (?)  sebagai contoh; “uang tetap mereka terima, tapi pilihan dalam bilik suara hanya dirinya dan Tuhan yang tahu”.
Tidaklah mudah dan sangat sulit memang menciptakan individu yang mumpuni (cerdas, berkepribadian elok, profesionil, religius dan tentunya merakyat) kaitannya dalam membangun loyalitas dan integritas kader dalam sebuah partai. Dan lebih miris lagi apabila kebutuhan individu dan tuntutan organisasi partai politik tidak kompatibel, hal ini dimungkinkan bisa terjadi konflik dan frustasi internal. Lihat saja sekarang, partai-partai yang mencalonkan diri dalam PILKADA DKI Jakarta, apakah ada kader partai yang diusung jadi Gubernur ?  apakah semua individu/kader partai sepakat atas pencalonan partainya ?
PILKADA DKI Jakarta secara kasat mata dapat kita lihat, bahwa calon independen lebih mendapat tempat dihati masyarakat, apakah ini tanda rakyat mulai jenuh dan tidak lagi percaya pada partai politik ? apakah partai-partai telah miskin kader ? nyatanya ; justru kalangan profesionil atau kader non partailah (baik dari PNS atau militer dan lainnya) yang diusung oleh sebuah partai. Pertanyaannya sekarang, apakah setelah mereka berhasil digolkan/menang,  dapatkah mereka  membangun loyalitas dan integritas terhadap partai pengusungnya ?  
Tidak mudah memang membangun kepercayaan masyarakat kini, namun sangat disayangkan bila sebuah partai asal main comot sang calon diluar partainya hanya demi promosi /popularitas partainya, untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. Dengan harapan bagi para pemilihnya juga imej masyarakat akan lebih mudah diarahkan untuk percaya terhadap partai pengusung.  Dengan menanamkan kesan bahwa harapan partai  akan menjadi harapannya juga , apakah bisa (?). Walahu a’lam bish shawab!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar