Kata
yang sering didengar/dianjurkan tapi sepertinya sulit dilakukan, Why?, dari
kecil, kata ikhlas dan disiplin sudah akrab ditelinga setiap orang. Disiplin
makan, disiplin mengerjakan tugas sekolah, disiplin olahraga, disiplin
kerja, ada yang membenci tapi tidak sedikit
yang menyukainya. Ikhlas berbagi dan peduli pada sesama makhluk hidup (manusia,
hewan dan tumbuhan). Ikhlas pada kehidupan sosial masyarakat, dengan cara; kerja bakti bersih sampah, saling
kunjung tetangga (silaturahmi), yang terpenting peliharalah dengan menebar
senyum bagi sesama kita. Senyum itu; murah, gratis, sehat bathin. Anda akan
menjadi cinta mati; dalam arti ikhlas dan disiplin akan pola hidup sehat
menyeluruh dibarengi dengan menjalani rutinitas ibadah yang menjadikan kebutuhannya,
lahir bathin terpenuhi, nikmat dunia dijalani dan surga menanti...Amin.
Yang membenci adalah
sama dengan menjadikan mereka orang-orang yang merugikan karena tidak ada lagi
keikhlasan dan kedisiplinan, kita dan atau mengakibatkan banyak orang jadi sengsara,
yakni; karena sampah dan hutan gundul banjir melanda, karena tidak ikhlas
bekerja maka pungli (pungutan liar) jadi solusi. Contoh; buang sampah
sembarangan, penebangan hutan membabi buta, bukan hanya hutannya yang gundul
tapi hewan-hewanyapun ikut sengsara. Karena faktor ke tidak ikhlasan pada
pekerjaannya, bisa saja karyawan bawahan memelihara pungli, di level atas
korupsi merajalela. Maka berusahalah dengan bersungguh-sungguh secara ikhlas.
Banyak orang tua hampir tidak pernah mengajarkan dengan cerdas dan tegas pada
anak-anaknya bagaimana cara menyikapi juga akibat dari sampah.
Ikhlas dan Disiplin memang tidak mudah. Akan tetapi kita harus belajar
dan mempraktekkan keikhlasan dibarengi kedisiplinan itu sendiri, secara
terus-menerus sambil menularkan pada orang disekeliling kita, mulai dari keluarga dan lingkungan
sekitar.
Ikhlas
; murni, bersih dan jernih. Murni ;
karena atau demi Tuhan Yang Maha Esa. Bersih; dari hati yang
terdalam (bukan untuk dilihat banyak orang).
Jernih; tanpa campuran dalam arti tanpa mengharapkan
imbalan.
Disiplin
merupakan perasaan taat
dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya bisa diartikan juga
sebagai sikap paham akan tanggungjawab pada pekerjaan dan tetap bersikap
profesional dan tidak terpengaruh oleh emosi pribadi.
Pendisiplinan adalah usaha usaha untuk menanamkan
nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah
peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah pengganti untuk hukuman ataupun instrumen
hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri sendiri ataupun pada
orang lain. (sumber Wikipedia)
ikhlas
; bentuk sikap peduli baik berupa
materi maupun jasa tanpa maksud diperlihatkan pada orang dan menjadikannya riya (memamerkan, walaupun hanya sekedar
pujian) tanpa berharap imbalan apapun, dalam arti hanya dirinyalah dan Tuhan
yang Tahu. Disiplin ; melatih batin dan watak supaya perbuatannya
menaati tata tertib. Disiplin diri berarti melakukan segala sesuatu dengan
baik, tertib dan teratur secara berkesinambungan untuk meraih impian, cita dan
atau tujuan yang ingin dicapai dalam hidup.
Mengapa kita perlu ikhlas dan disiplin ?
Akan terasa manfaat bukan hanya bagi diri tapi juga
orang sekitar (berbagi kebahagian) jika kita memiliki suatu impian, cita-cita
atau tujuan yang tercapai. Berawal dari bekerja dengan sungguh-sungguh secara
ikhlas sambil mendisiplinkan ( melatih ) diri untuk mengerjakan hal-hal yang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, Insya Allah semua akan diraih dengan
kebahagian penuh syukur. Manusia diturunkan/diciptakan ke Bumi karena tidak
disiplin/melanggar larangan makan buah koldi (menurut keyakinan saya) yakni
Nabi Adam AS manusia pertama di Bumi ini, tentunya yang Maha Kuasa-pun kembali
membuat aturan, ketentuan-ketentuan juga di Bumi yang harus dijalankan/dipatuhi
oleh beliau juga keturunannya/umatnya/pengikutnya, bagi kedamaian hidupnya
sendiri (manusia) yang berkelanjutan, bila dilanggar kelak akan menerima
akibat/hukumannya nanti baik di dunia maupun diakhir jaman.
Maka
dalam komunitas dilingkungan kita sebagai makhluk sosial, dengan
peraturan-peraturan yang dibuat dan disertai sanksi (menurut standar
masing-masing wilayah dan atau Negara). Hal ini tidak lain agar setiap manusia
mau belajar hidup ikhlas dan disiplin dengan menaati aturan yang ada sehingga
dunia menjadikan tertib, aman dan nyaman/tidak kacau balau dan seseorang tidak
dapat berbuat sekehendak hatinya, karena kita bergerak dengan perasaan ikhlas
juga disiplin akal sehat, lain halnya dengan binatang karena bergerak dengan
nalurinya tanpa akal dan perasaan, tumbuhan bergerak (tumbuh) ikhlas oleh
lingkungannya (sebab alam; tanah, air, udara, hewan dan manusia) kesemuanya
ikhlas dan tetap disiplin dalam lingkar ekosistemnya/alamnya, tapi manusialah
yang kemudian menghancurkannya. Akhir
kata BELAJARLAH PADA; jadilah Binatang yang Sempurna BUKAN Manusia yang
Binatang. Jadilah Tumbuhan yang berakar kuat, rindang dedaunan; melidungi dan
memberi banyak manfaat. Bukan malah jadi Benalu Masyarakat, perlahan tumbuh
besar sambil membunuh induk tanpa manfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar